Klasifikasi pada arsitektur komputer pararel dan macam gangguan pada sistem distribusi
Arsitektur Paralel
Paralelisme dalam
suatu komputer dapat diaplikasikan pada beberapa tingkatan, seperti berikut:
1. Tingkat pekerjaan: antara pekerjaan-pekerjaan atau
fase-fase suatu pekerjaan. Hal ini menjadi prinsip dasar dari multiprogramming.
2. Tingkat prosedur: antara prosedur-prosedur dan di dalam
loop. Hal ini harus tercakup sebagai hal yang penting bagi suatu bahasa.
3. Tingkat instruksi: antara fase-fase sebuah siklus
instruksi, yaitu fetch, decode dan eksekusi suatu instruksi.
4. Tingkat aritmatika dan bit: antara bit-bit dalam sirkuit
aritmatika. Salah satu contohnya adalah adder paralel. Telah banyak usaha untuk
mengklasifikasikan perancangan arsitektur komputer paralel. Namun tidak ada
satupun yang mampu memisahkan semua jenis perancangan menjadi kelompok-kelompok
yang berbeda.
Skema klasifikasi yang
paling umum digunakan adalah taksonomi Flynn. Kita akan membahas pula dua skema
lainnya yaitu: Shore dan Feng.
Klasifikasi Flynn
Michael J. Flynn
memperkenalkan suatu skema untuk mengklasifikasikan arsitektur suatu komputer
dengan melihat bagaimana mesinnya menghubungkan instruksi-instruksinya ke data
yang sedang diproses. Berikut klasifikasinya:
1. SISD: single instruction stream, single data stream.
Merupakan suatu komputer serial konvesional dimana instruksi-instruksi
dijalankan satu per satu dan sebuah instruksi tunggal berhubungan dengan paling
banyak satu operasi data.
2. SIMD: single instruction stream, multiple data stream.
Dalam sebuah komputer SIMD, suatu instruksi tunggal mengawali sejumlah besar
operasi.
3. MISD: multiple instruction stream, single data stream.
Kelas MISD melaksanakan beberapa operasi instruksi secara bersamaan pada sebuah
item data tunggal.
4. MIMD: multiple instruction stream, multiple data stream.
Sebuah komputer MIMD dicirikan oleh eksekusi lebih dari satu instruksi pada
saat yang bersamaan, dimana setiap instruksi beroperasi pada beberapa aliran
data.
Klasifikasi Shore
J.E. Shore membuat
klasifikasi arsitektur komputer yang didasarkan pada organisasi bagian-bagian
penyusun suatu komputer dan membedakannya menjadi enam jenis mesin.
1. Mesin I. Pada komputer ini, satu instruksi dikerjakan pada
suatu waktu dan masing-masing beroperasi pada satu word dalam suatu waktu.
2. Mesin II. Komputer ini juga menjalankan satu instruksi
pada suatu waktu, namun ia beroperasi pada sebuah irisan dari suatu bit dalam
suatu waktu, bukannya semua bit dalam suatu word data.
3. Mesin III. Sebuah komputer dalam kelas ini memiliki dua
unit pengolahan yang dapat beroperasi pada data, satu word dalarn suatu waktu
atau suatu irisan bit dalam suatu waktu.
4. Mesin IV. Komputer jenis ini dicirikan oleh sejumlah
elemen (unit pengolahan dan unit memori), semua di bawah kendali sebuah unit
kendali logika (CLU) tunggal.
5. Mesin V. Mesin V dihasilkan dengan mengubah Mesin IV
sedemikian sehingga elemen-elemen pengolahan dapat berkomunikasi dengán
tetangga terdekat mereka.
6. Mesin VI. Komputer ini, disebut sebagai array
logika-dalam-memori, merupakan sebuah mesin dengan logika prosesor yang
tersebar dalam memori.
Klasifikasi Feng
Tse-yum Feng (1972)
menyarankan pengklasifikasian arsitektur komputer atas tingkatan paralelisme mereka. Tingkatan paralelisme (degree of parallelism)
diwakili oleh pasangan (n, m) dimana n merupakan panjang word dan m adalah
panjang irisan bit.
Pasangan ini diklasifikasikan menjadi empat kelompok
sebagai berikut:
1. Jika n = 1 dan m = I maka tidak terjadi paralelisme. Word
dan bit diproses satu per satuan waktu. Hal ini disebut sebagai word serial/bit
serial(WSBS).
2. Jika n> 1 dan m = 1 maka paralelisme itu disebut sebagai
word paralel/bit serial (WPBS). Dalam hal ini, semua n irisan bit diproses satu
per satuan waktu.
3. Paralelisme word serial/bit paralel (WSBP) terjadi jika n
= 1 dan m> 1. Dengan demikian sejumlah n word diproses satu per satuan waktu
tetapi sejumlah m bit dan masing-masing word diproses secara paralel.
4. Kategori terakhir disebut sebagai word paralel/bit paralel
(WPBP) dan merupakan suatu paralelisme dimana n > 1 dan m > 1. Dalam hal
ini, sejumlah nm bit diproses secara bersamaan.
Komputer sekuensial berdasarkan klasifikasi Flynn adalah
kelompok komputer SISD hanya mempunyai satu unit pengendali untuk menentukan
instruksi yang akan dieksekusi. Pada setiap satuan waktu hanya satu instruksi
yang dapat dieksekusi, dimana kecepatan akses ke memori dan kecepatan piranti
masukan dan keluaran dapat memperlambat proses komputasi.
Beberapa metoda dibangun untuk menghindari masalah tersebut,
seperti penggunaan cache memory. Namun komputer sekuensial ini tetap mengalami
keterbatasan jika menangani masalah yang memerlukan kecepatan tinggi. Hal-hal
tersebut di atas pada akhirnya melatarbelakangi lahirnya sistem komputer
paralel.
Berdasarkan klasifikasi Flynn, komputer paralel termasuk kelompok SIMD
atau MIMD. Komputer paralel mempunyai lebih dari satu unit pemroses dalam
sebuah komputer yang sama.
Hal yang membuat suatu komputer dengan banyak prosesor
disebut sebagai komputer paralel adalah bahwa seluruh prosesor tersebut dapat
beroperasi secara simultan. Jika tiap-tiap prosesor dapat mengerjakan satu juta
operasi tiap detik, maka sepuluh prosesor dapat mengerjakan sepuluh juta
operasi tiap detik, seratus prosesor akan dapat mengerjakan seratus juta
operasi tiap detiknya[Les93].
Pada dasarnya
aktivitas sebuah prosesor pada komputer paralel adalah sama dengan aktivitas
sebuah prosesor pada komputer sekuensial. Tiap prosesor membaca (read) data
dari memori, memprosesnya dan menuliskannya (write) kembali ke memori.
Aktivitas komputasi ini dikerjakan oleh seluruh prosesor secara paralel.
Macam-macam Gangguan pada sistem distribusi
1. Gangguan beban lebih
Gangguan ini sebenarnya bukan gangguan murni, tetapi bila dibiarkan terus menerus berlangsung dapat merusak peralatan listrik yang dialiri oleh arus tersebut. Karena arus yang mengalir melebihi dari kapasitas peralatan listrik dan pengaman yang terpasang melebihi kapasitas peralatan, sehingga saat beban melebihi pengaman tidak trip. Misal : kapasitas penghantar 300 A dan pengaman di setting 350 A tetapi beban mencapai 320 A, sehingga pengaman tidak trip dan penghantar akan terbakar.
2. Gangguan hubung singkat
Gangguan hubung singkat, dapat terjadi antar fasa (3 fasa atau 2 fasa) atau 1 fasa ketanah dan sifatnya bisa temporer atau permanen.
Gangguan permanen antara lain :
Gangguan hubung singkat, bisa terjadi pada kabel atau pada belitan transformator tenaga yang disebabkan karena arus gangguan hubung singkat melebihi kapasitasnya, sehingga penghantar menjadi panas yang dapat mempengaruhi isolasi atau minyak transformator, sehingga isolasi tembus. Pada generator yang disebabkan karena adanya gangguan hubung singkat atau pembebanan yang melebihi kapasitas. Sehingga rotor memasok arus dari eksitasi berlebih yang dapat menimbulkan pemanasan yang dapat merusak isolasi sehingga isolasi tembus. Disini pada titik gangguan memang terjadi kerusakan yang permanen. Peralatan yang terganggu tersebut, baru bisa dioperasikan kembali setelah bagian yang rusak diperbaiki atau diganti.
Gangguan temporer, antara lain :
Flashover karena sambaran petir (penghantar terkena sambaran petir), flashover dengan pohon, penghantar tertiup angin yang dapat menimbulkan gangguan antar fasa atau penghantar fasa menyentuh pohon yang dapat menimbulkan gangguan 1 fasa ketanah. Gangguan ini yang tembus (breakdown) adalah isolasi udaranya, oleh karena itu tidak ada kerusakan yang permanen. Setelah arus gangguannya terputus, misalnya karena terbukanya circuit breaker oleh relai pengamannya, peralatan atau saluran yang terganggu tersebut siap dioperasikan kembali.
3. Gangguan Tegangan Lebih
Gangguan tegangan lebih yang diakibatkan adanya kelainan pada sistem, dimana tegangan lebih dibedakan atas :
- Tegangan lebih dengan power frekuensi, misal : pembangkit kehilangan beban yang diakibatkan adanya gangguan pada sisi jaringan, sehingga over speed pada generator, tegangan lebih ini dapat juga terjadi adanya gangguan pada pengatur tegangan secara otomatis (Automatic Voltage Regulator).
- Tegangan lebih transient karena adanya surja petir (lightning surge) yang mengenai peralatan listrik atau saat pemutus (PMT) yang menimbulkan kenaikan tegangan yang disebut surja hubung (switching surge).
4. Gangguan Ketakstabilan (Instability)
Gangguan hubung singkat atau lepasnya pembangkit, dapat menimbulkan ayunan daya (power swing) atau menyebabkan unit-unit pembangkit lepas sinkron, ayunan dapat menyebabkan salah kerja relai. Lepas sinkron dapat menyebabkan berkurangnya pembangkit, karena tripnya pembangkit yang besar dari spinning reserve, maka frekuensi akan terus turun atau terpisahnya sistem yang selanjutnya dapat menyebabkan gangguan yang lebih luas bahkan sistem terjadi keruntuhan (collapse).
Sumber :
Macam-macam Gangguan pada sistem distribusi
1. Gangguan beban lebih
Gangguan ini sebenarnya bukan gangguan murni, tetapi bila dibiarkan terus menerus berlangsung dapat merusak peralatan listrik yang dialiri oleh arus tersebut. Karena arus yang mengalir melebihi dari kapasitas peralatan listrik dan pengaman yang terpasang melebihi kapasitas peralatan, sehingga saat beban melebihi pengaman tidak trip. Misal : kapasitas penghantar 300 A dan pengaman di setting 350 A tetapi beban mencapai 320 A, sehingga pengaman tidak trip dan penghantar akan terbakar.
2. Gangguan hubung singkat
Gangguan hubung singkat, dapat terjadi antar fasa (3 fasa atau 2 fasa) atau 1 fasa ketanah dan sifatnya bisa temporer atau permanen.
Gangguan permanen antara lain :
Gangguan hubung singkat, bisa terjadi pada kabel atau pada belitan transformator tenaga yang disebabkan karena arus gangguan hubung singkat melebihi kapasitasnya, sehingga penghantar menjadi panas yang dapat mempengaruhi isolasi atau minyak transformator, sehingga isolasi tembus. Pada generator yang disebabkan karena adanya gangguan hubung singkat atau pembebanan yang melebihi kapasitas. Sehingga rotor memasok arus dari eksitasi berlebih yang dapat menimbulkan pemanasan yang dapat merusak isolasi sehingga isolasi tembus. Disini pada titik gangguan memang terjadi kerusakan yang permanen. Peralatan yang terganggu tersebut, baru bisa dioperasikan kembali setelah bagian yang rusak diperbaiki atau diganti.
Gangguan temporer, antara lain :
Flashover karena sambaran petir (penghantar terkena sambaran petir), flashover dengan pohon, penghantar tertiup angin yang dapat menimbulkan gangguan antar fasa atau penghantar fasa menyentuh pohon yang dapat menimbulkan gangguan 1 fasa ketanah. Gangguan ini yang tembus (breakdown) adalah isolasi udaranya, oleh karena itu tidak ada kerusakan yang permanen. Setelah arus gangguannya terputus, misalnya karena terbukanya circuit breaker oleh relai pengamannya, peralatan atau saluran yang terganggu tersebut siap dioperasikan kembali.
3. Gangguan Tegangan Lebih
Gangguan tegangan lebih yang diakibatkan adanya kelainan pada sistem, dimana tegangan lebih dibedakan atas :
- Tegangan lebih dengan power frekuensi, misal : pembangkit kehilangan beban yang diakibatkan adanya gangguan pada sisi jaringan, sehingga over speed pada generator, tegangan lebih ini dapat juga terjadi adanya gangguan pada pengatur tegangan secara otomatis (Automatic Voltage Regulator).
- Tegangan lebih transient karena adanya surja petir (lightning surge) yang mengenai peralatan listrik atau saat pemutus (PMT) yang menimbulkan kenaikan tegangan yang disebut surja hubung (switching surge).
4. Gangguan Ketakstabilan (Instability)
Gangguan hubung singkat atau lepasnya pembangkit, dapat menimbulkan ayunan daya (power swing) atau menyebabkan unit-unit pembangkit lepas sinkron, ayunan dapat menyebabkan salah kerja relai. Lepas sinkron dapat menyebabkan berkurangnya pembangkit, karena tripnya pembangkit yang besar dari spinning reserve, maka frekuensi akan terus turun atau terpisahnya sistem yang selanjutnya dapat menyebabkan gangguan yang lebih luas bahkan sistem terjadi keruntuhan (collapse).
Sumber :
http://www.academia.edu/7424831/Parallel_PROCESSING_Pemrosesan_paralel
MARSUDI, DJITENG.,” Operasi Sistem Tenaga Listrik “, Yogyakarta, Graha Ilmu, 2006
Tidak ada komentar:
Posting Komentar